Selasa, 30 Juli 2013

DUA KEKUATAN UMAT ISLAM YANG DITAKUTI

Dua Kekuatan Umat Islam Yang Ditakuti
Sedikitnya ada dua jenis doktrin bagi umat Islam jika dilaksanakan akan melahirkan kekuatan luar biasa. Tetapi duadoktrin itu, tidak terlalu mendapatkan perhatian oleh umat Islam sendiri, sehingga kekuatan ituun tidak muncul. Pertama adalah keharusan membayar zakat, dan yang kedua adalah pemenuhan anjuran sholat berjama’ah di masjid. Jika dua hal ini dijalankan oleh umat Islam secara konsisten dan apalagi bersifat massal, maka akan melahirkan kekuatan umat Islam yang tangguh.
Pernyataan tersebut kiranya sangat masuk akal. Sebab seumpama, kaum muslimin benar-benar mau mengeluarkan zakat dengan disimplin, maka hasil pengumpulan zakat itu akan sedemikian besarnya. Belum lagi, andaikan misalnya, umat Islam tidak saja mengeluarkan zakat, melainkan juga yang terkait dengan ibadah lain, misalnya infaq, shadakah, hibah, dan wakaf. Jika konsep tersebut selalu dijalankan, maka umat Islam yang sedemikian besar, maka setiap tahun akan terkumpul triliyunan rupiah.
Dana yang berhasil dikumpulkan atas dasar doktrin agama tersebut akan dapat digunakan untuk membangun berbagai kebutuhan umat Islam, seperti membangun lembaga-lembaga pendidikan, tempat ibadah, mengentaskan kemiskinan, membuka lapangan kerja baru, dan lain-lain. Selain itu, maka kesenjangan kehidupan sosial yang terlalu jauh, juga akan bisa diatasi dengan dana itu. Sehingga kehidupan sosial ekonomi masyarakat juga akan tertolong.
Tetapi sayangnya, umat Islam dalam menjalankan doktrin keagamaan tersebut belum terlalu maksimal. Umpama saja di sana-sini zakat sudah dilaksanakan, maka baru sebatas zakat fitrah yang dilakukan setahun sekali, menjelang sholat hari raya idul fitri. Selama ini, umat Islam di mana-mana belum tergolong memiliki kesadaran tinggi dalam menunaikan zakat, terutama zakat maal. Itulah sebabnya, doktrin zakat belum memberikan sumbangan nyata terhadap pengembangan ekonomi umat, dan juga belum merupakan kekuatan yang perlu dikhawatirkan bagi pihak lain.
Kekuatan berikutnya adalah berupa sholat berjama’ah. Bisa dibayangkan andaikan umat Islam setiap datang waktu sholat, mereka segera meninggalkan aktivitasnya masing-masing, dan kemudian bersama-sama mendatangi masjid/musholla sebagaimana hal itu dilakukan ketika menjalankan sholat Jum’at atau sholat Id, maka akan tampak kekuatan yang luar biasa. Umat Islam akan terkesan bersatu dan kokoh. Sillaturrahmi dan solidaritas antar sesama kaum muslimin akan terbangun dengan sendirinya.
Atas pandangan tersebut, mungkin akan ada sementara orang berpendapat, bahwa jika sholat berjama’ah dilakukan pada setiap waktu, akan mengganggu aktivitas sehari-hari dan bahkan akan melahirkan kerugian, menjadi boros misalnya. Kekhawatiran seperti itu boleh-boleh saja. Tetapi pada kenyataannya, bisa jadi justru produktivitas kerja akan menaik. Sebab tatkala seseorang telah bekerja selama empat jam, pasti memerlukan istirahat. Maka dengan menjalankan sholat berjama’ah,—-untuk memanfaatkan waktu istirahat, dengan berwudlu, lalu berkumpul sholat berjama’ah maka tenaganya akan segar kembali, dan akhirnya produktivitas akan meningkat. Umat Islam dengan demikian akan menjadi lebih produktif.
Selama ini, dua doktrin tersebut masih sama-sama kurang dijalankan sepenuhnya. Pembayaran zakat dan lainnya masih belum ditunaikan secara maksimal, dan bahkan di sana-sini masih sulit digerakkan. Demikian pula sholat berjama’ah belum menjadi kebiasaan atau kebutuhan. Kebanyakan umat Islam masih lebih menyukai sholat sendiri-sendiri, sekalipun sejumlah masjid dan atau mushalla di mana-mana dibangun. Maka kekurangan itu, umat Islam masih belum menjadi kekuatan yang perlu dikhawatirkan. Sebab pada kenyataannya, sekalipun secara kuantitas cukup besar, tetapi secara kualitas masih lemah. Mereka belum bersemangat membayar zakat dan juga menegakkan sholat berjama’ah. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar